Rangkaian mini-rose dan bunga anggrek putih yang kubawa pulang dari kelas ikebana lima hari lalu itu mulai layu. Di dalam keramik yang kuletakkan di atas meja belajar, tangkai-tangkai mini-rose berkelopak merah anggur itu mulai melengkung, membuatnya terlihat seperti bunga lonceng. Menurutku mini-rose-mirip-lonceng itu manis juga, jadi kubiarkan saja mereka di sana.
rangkaian ikebana yang mulai layu di atas mejaku
Aku meninggalkan meja belajar dan melangkah menuju dapur mungilku, meraup beberapa butir anggur dari wadah buah-buahan yang penuh anggur, pir, apel, dan sekantung jeruk pemberian seorang teman. Tersungging senyum di bibirku saat memandang kantung jeruk itu, teringat hari kemarin ketika aku diundang berkunjung ke rumah seorang teman dari Jepang. Pengalaman yang menyenangkan, tetapi aku tidak akan menceritakannya hari ini.
Sebab sebuah kisah perjalananku menunggu untuk dituliskan.
Menemukan Impian
Kalau tidak salah, aku sudah menceritakan sedikit tentang masa SD-ku. Masa yang kuhabiskan dengan menggambar ilustrasi komik-sok-Jepang di halaman-halaman belakang buku tulisku. Ilustrasi komik yang akan membuatmu tertawa saat melihatnya, disebabkan bentuk karakternya yang terlalu unrealistic. Gambar buatanku masa-masa itu memang tidak bisa dibilang bagus, tetapi sampai saat ini aku masih senang melihat-lihat gambar-gambar tersebut jika ada kesempatan (aku menyimpan beberapa buku catatanku saat SD di lemari bukuku di Indonesia). Coretan-coretan tak jelas itu menjadi bukti bahwa aku memang senang komik sejak dulu…
Masa SD-ku yang menyenangkan dan diwarnai beberapa cerita konyol cinta monyet berakhir dengan—bisa dibilang—damai. Bagiku, masa-masa SD adalah salah satu masa paling menyenangkan dalam hidupku. Masa yang polos, murni, tanpa beban. Dan masa itu berlalu, digantikan dengan masa SMP, yang dalam ingatanku tidak terlalu menyenangkan. Seingatku aku sempat tertekan pada awalnya, menghadapi perubahan dari anak-anak menjadi ABG. Kalau boleh aku mengungkapkan pendapatku secara blak-blakan, anak-anak usia ABG itu punya sifat paling menyebalkan! Bahkan aku sebal pada diriku sendiri di masa itu! Aku yang di bangku SD bersifat terbuka dan termasuk senang bercanda, berubah jadi aku yang pendiam. Aku yang dingin. Aku yang egois. Aku yang penyendiri. Aku yang pemalu.
Tapi di masa inilah, aku mengalami sebuah titik tolak dalam hidupku.
Dalam masa-masa yang terasa dingin dan berat itu, aku bertemu dengan beberapa orang yang—mungkin—merubahku sedikit demi sedikit menjadi aku yang sekarang. Ada teman yang mengajarkanku untuk menghargai. Ada teman yang (dengan seenaknya) kuanggap rival sehingga aku bisa terus belajar dan berkembang. Tanpa mereka, tak akan ada aku yang saat ini. Di masa ini pulalah, aku mengenal istilah ‘manga’ dan ‘anime’ untuk pertama kalinya.
Aku pun jatuh cinta.
Jatuh cinta pada dunia manga. Dan mulai berpikir untuk menjadikannya sebuah mimpi…
Kitto shiawase ga kimi wo matteru
Tamerau koto naku te wo nobasu n da
Toozakaru boku wo wasuretemo ii
Mirai dake wo mite arukidasu n da
(There must be happiness waiting for you
Reach your hands without hesitation
It’s okay to forget me who’s gone away
Just focus on the future and step ahead)
(Kitto Shiawase ga kimi wo matteru – Ohkura Tadayoshi – 8UPPERS )
-Bersambung-
No comments:
Post a Comment